ARTIKEL BENCANA ALAM 2
TSUNAMI MENTAWAI
Sebagian wilayah di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, terkena tsunami dengan ketinggian 1 meter hingga 1,5 meter; pascagempa 7,2 Skala Richter pada Senin malam (25/10). Akibat bencana tsunami, sejumlah desa di pantai barat Pulau Pagai Selatan dilaporkan rata dengan tanah. Desa-desa itu antara lain Desa Malakoppa, Desa Betu Bonga, dan Desa Bulasat.
Jumlah korban yang tewas maupun yang hilang masih simpang siur, hingga Selasa siang (26/10). Koordinasi dengan lokasi bencana mengalami kendala karena fasilitas komunikasi mengalami
kerusakan atau gangguan.
Ketua DPRD Mentawai Hendri Dori Satoko mengungkapkan pada Selasa (26/10) siang, dia mendapat laporan dari lapangan bahwa sebanyak 40 orang tewas dan 380 orang dinyatakan hilang.
Sementara itu pada hari yang sama, aktivis Yayasan Citra Mandiri, Rachmadi melaporkan, korban tewas sebanyak 31 orang. Sejumlah 190 orang lainnya dilaporkan hilang. Itu data hingga pukul 14.30 WIB hari ini (Selasa). Jumlah korban tewas kemungkinan terus bertambah. Sekadar tahu, YCM adalah Organisasi Non-Pemerintah/NGO lokal yang memiliki jaringan di hampir semua dusun dan desa di Kepulauan Mentawai.
Staf YCM lain, Pinda Simanjuntak, menjelaskan bahwa gelombang air laut masuk hingga 800 meter dari bibir pantai. Air laut merusak Kantor Kecamatan Pagai Selatan, dan kantor-kantor pemerintahan. Peristiwa ini membuat aktivitas perkantoran praktis lumpuh.
Menurut Satoko dan Rachmadi, sampai saat ini proses pencarian korban masih terus dilakukan. Sejumlah anggota tim SAR sudah diberangkatkan ke lokasi bencana dan tadi sore para relawan telah berangkat dengan kapal regular.
Salah seorang polisi setempat, Ronald, mengatakan timnya telah membuat tenda-tenda darurat untuk para penduduk yang kehilangan tempat tinggal.
"Para korban bencana tsunami sangat memerlukan tempat untuk berteduh, mereka juga perlu makanan," ujarnya. "Saat ini curah hujan masih besar dan angin sangat kencang
Jumlah korban tewas akibat gempa 7,2 skala Richter dan tsunami yang melanda Pulau Pagai, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, hingga Jumat pukul 15.00 WIB tercatat 413 orang.
Data tersebut dikutip ANTARA dari Pusat Layanan Informasi Gempa Mentawai dan Tsunami di Posko Kantor Kecamatan Sikakap Selatan, Jumat (29/10). Jumlah warga yang dilaporkan hilang dan belum ditemukan terdata sebanyak 298 orang. Kemudian jumlah korban luka berat tercatat 207 orang dan luka ringan 142 orang.
Jumlah rumah warga yang rusak berat dan yang hilang diseret tsunami terdata sebanyak 517 unit dan yang rusak ringan 204 orang. Korban luka-luka dirawat di RS Darurat di Puskesmas Sikakap dan Gereja GPKM Sikakap. Gempa 7,2 SR diikuti tsunami melanda Kabupaten Kepulauan Mentawai dan sejumlah wilayah lainnya di Sumbar pada Senin (25/10) malam
Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke daratan(run-up) berkurang menjadi sekitar 25-100 Km/jam dan ketinggian air tsunami yang pernah tercatat terjadi di Indonesia adalah 36 meter yangterjadi pada saat letusan gunung api Krakatau tahun 1883.
Di Indonesia pada umumnya tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah terjadinya gempa bumi besar di bawah laut. Adanya tsunami tidak bisa diramalkan dengan tepat kapan terjadinya, akan tetapi kita bisa menerima peringatan akan terjadinya tsunami sehingga kita masih ada waktu untuk menyelamatkan diri.
Penyelamatan diri saat terjadi tsunami
Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempa bumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat kepantai. Arahkan perahu ke laut. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
(sumber : http://kapanlagi.com )
Sebagian wilayah di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, terkena tsunami dengan ketinggian 1 meter hingga 1,5 meter; pascagempa 7,2 Skala Richter pada Senin malam (25/10). Akibat bencana tsunami, sejumlah desa di pantai barat Pulau Pagai Selatan dilaporkan rata dengan tanah. Desa-desa itu antara lain Desa Malakoppa, Desa Betu Bonga, dan Desa Bulasat.
Jumlah korban yang tewas maupun yang hilang masih simpang siur, hingga Selasa siang (26/10). Koordinasi dengan lokasi bencana mengalami kendala karena fasilitas komunikasi mengalami
kerusakan atau gangguan.
Ketua DPRD Mentawai Hendri Dori Satoko mengungkapkan pada Selasa (26/10) siang, dia mendapat laporan dari lapangan bahwa sebanyak 40 orang tewas dan 380 orang dinyatakan hilang.
Sementara itu pada hari yang sama, aktivis Yayasan Citra Mandiri, Rachmadi melaporkan, korban tewas sebanyak 31 orang. Sejumlah 190 orang lainnya dilaporkan hilang. Itu data hingga pukul 14.30 WIB hari ini (Selasa). Jumlah korban tewas kemungkinan terus bertambah. Sekadar tahu, YCM adalah Organisasi Non-Pemerintah/NGO lokal yang memiliki jaringan di hampir semua dusun dan desa di Kepulauan Mentawai.
Staf YCM lain, Pinda Simanjuntak, menjelaskan bahwa gelombang air laut masuk hingga 800 meter dari bibir pantai. Air laut merusak Kantor Kecamatan Pagai Selatan, dan kantor-kantor pemerintahan. Peristiwa ini membuat aktivitas perkantoran praktis lumpuh.
Menurut Satoko dan Rachmadi, sampai saat ini proses pencarian korban masih terus dilakukan. Sejumlah anggota tim SAR sudah diberangkatkan ke lokasi bencana dan tadi sore para relawan telah berangkat dengan kapal regular.
Salah seorang polisi setempat, Ronald, mengatakan timnya telah membuat tenda-tenda darurat untuk para penduduk yang kehilangan tempat tinggal.
"Para korban bencana tsunami sangat memerlukan tempat untuk berteduh, mereka juga perlu makanan," ujarnya. "Saat ini curah hujan masih besar dan angin sangat kencang
Jumlah korban tewas akibat gempa 7,2 skala Richter dan tsunami yang melanda Pulau Pagai, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, hingga Jumat pukul 15.00 WIB tercatat 413 orang.
Data tersebut dikutip ANTARA dari Pusat Layanan Informasi Gempa Mentawai dan Tsunami di Posko Kantor Kecamatan Sikakap Selatan, Jumat (29/10). Jumlah warga yang dilaporkan hilang dan belum ditemukan terdata sebanyak 298 orang. Kemudian jumlah korban luka berat tercatat 207 orang dan luka ringan 142 orang.
Jumlah rumah warga yang rusak berat dan yang hilang diseret tsunami terdata sebanyak 517 unit dan yang rusak ringan 204 orang. Korban luka-luka dirawat di RS Darurat di Puskesmas Sikakap dan Gereja GPKM Sikakap. Gempa 7,2 SR diikuti tsunami melanda Kabupaten Kepulauan Mentawai dan sejumlah wilayah lainnya di Sumbar pada Senin (25/10) malam
Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke daratan(run-up) berkurang menjadi sekitar 25-100 Km/jam dan ketinggian air tsunami yang pernah tercatat terjadi di Indonesia adalah 36 meter yangterjadi pada saat letusan gunung api Krakatau tahun 1883.
Di Indonesia pada umumnya tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah terjadinya gempa bumi besar di bawah laut. Adanya tsunami tidak bisa diramalkan dengan tepat kapan terjadinya, akan tetapi kita bisa menerima peringatan akan terjadinya tsunami sehingga kita masih ada waktu untuk menyelamatkan diri.
Penyelamatan diri saat terjadi tsunami
Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempa bumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat kepantai. Arahkan perahu ke laut. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
(sumber : http://kapanlagi.com )